KAPOLDA (Kajian Politik dan Akal Sehat) 2023

Bandung (19/08), dalam rangka menumbuhkan dan melatih daya pikir yang kritis, Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Bahasa Arab (BEM KEMABA) FPBS UPI mengadakan kajian politik dan akal sehat (KAPOLDA) dengan tema “Problematika Gender di Indonesia: Pelecehan Seksual, Ketimpangan, dan Stereotip Gender” di Gd. Geugeut Windah Lt.1 UPI. Kegiatan ini dihadiri oleh beberapa organisasi mahasiswa yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam (HIMA PERSIS), Keluarga Mahasiswa FPBS UPI (KEMA FPBS), Himpunan Mahasiswa Sastra dan Bahasa Indonesia (HIMA SATRASIA), dan Himpunan Mahasiswa Bahasa Jepang (HIMABAJA).

Ustadz Rinaldi Supriadi, M.Pd selaku dosen bidang kemahasiswaan mengatakan bahwa “Tema ini sangat fenomenal sekali. Problematika gender ini sudah ada pada zaman Nabi Muhammad. ketika islam datang, wanita sangat dijunjung tinggi. Emansipasi setiap manusia itu punya hak yang sama. Jika wanita tidak punya hak yang sama, Aisyah pun tidak diperbolehkan untuk meriwayatkan hadits. Maka dari itu, dalam hak emansipasi, wanita dan pria memiliki hak yang sama. Namun dalam hak tanggung jawab yang punya emansipasi tertinggi adalah laki-laki. Kita harus melihat akar katanya. Maka dari itu kita harus berpikir fisiologis”.

Kajian Politik dan Akal Sehat (KAPOLDA) melatih mahasiswa dalam mengungkapkan pendapat terhadap suatu isu, yang pada kesempatan ini membahas isu gender. Acara dimulai pukul 09.15, yang diawali dengan pantikan oleh pemantik yaitu Melinda Amelia (Menteri Emansipasi dan HAM BEM REMA UPI 2022), yang kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi. Sesi diskusi ini berlangsung selama 90 menit, pada sesi ini pemantik dan peserta membahas banyak masalah, peserta saling bertukar pendapat satu sama lain, diantara topik yang dibahas adalah tentang penyebab dari fenomena ketimpangan dan stereotip gender. Menurut salah satu peserta penyebab adanya ketimpangan dan stereotip gender adalah karena wanita dianggap lebih lemah, banyak pekerjaan yang hanya diperuntukan untuk laki-laki, dan ketika wanita berpendapat serta memperjuangkan haknya seringkali dicap sebagai feminis. Namun, beberapa peserta juga berpendapat bahwa ketimpangan dan stereotip tidak hanya terjadi pada wanita, tapi juga pada laki-laki. Terkait pelecehan yang banyak terjadi pada wanita, salah satu peserta berpendapat bahwa wanita memiliki banyak keistimewaan dan kekayaan, diantaranya bentuk badan yang bagus, hal inilah yang memancing laki-laki untuk melakukan tindakan pelecehan seksual. Semua ini bisa diselesaikan apabila semua orang sadar, bahwa kejahatan bisa terjadi karena ada kesempatan, maka tutuplah kesempatan-kesempatan itu. Dalam sesi diskusi ini juga membahas upaya-upaya yang bisa dilakukan oleh mahasiswa dalam menanggapi isu gender ini, diantaranya melakukan pencegahan, pertolongan pertama terhadap korban, dan juga mencerdaskan masyarakat terkait isu ini, salah satu caranya adalah dengan mengadakan forum-forum diskusi seperti KAPOLDA ini. Solusi-solusi tersebut harus dibersamai dengan aksi, karena jika hanya sekedar kata-kata, itu basa-basi.

Kegiatan ini diakhiri pukul 11.35  dengan cclosing statement dari pemantik “Jangan terlalu fokus pada konsep, jangan terlalu berdebat dengan cara berpikir atau berbeda pendapat, tapi harus fokus pada kemaslahatannya. Jika itu adalah sesuatu yang benar, maka ayo bersama-sama kita selesaikan masalah tersebut. Karena kita sudah belajar, maka tidak boleh ada masalah diskriminasi gender yang dilakukan oleh orang yang ada di forum ini. Luaskan lagi ilmul-ilmu yang kita pelajari, jangan merasa cukup, belajar dan cari tahu lebih luas lagi, jangan membatasi diri dari ilmu apapun. Jangan lupa peran kita sebagai makhluk sosial, berhubungan dengan Allah dan berhubungan dengan sesama manusia”.

Tinggalkan Balasan