Tahun 2023, VILTA bersama UNP dan UNY Datangkan Guru Bantu Bahasa Indonesia ke Australia

Atdikbud Australia, 03 Mei 2023

Melbourne, 30 April 2023 – Untuk mengurangi kekurangan guru bahasa Indonesia di Australia, Victorian Indonesia Language Teacher’s Association (VILTA) bersama Universitas Negeri Padang (UNP) dan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) akan mendatangkan guru bantu secara luring pada tahun 2023.

Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Australia dan Republik Vanuatu, Siswo Pramono mengapresiasi VILTA yang telah menginisiasi dan memfasilitasi pengiriman guru bantu ke sekolah-sekolah di Victoria. “Kita tahu, salah satu kendala pembelajaran bahasa Indonesia Australia adalah kurangnya jumlah guru. Oleh karena itu kami sangat berterima kasih dan memberikan penghargaan yang tinggi atas inisiatif dan kerja sama yang telah dilakukan oleh VILTA, UNP dan UNY untuk mengirimkan guru bantu ke sekolah-sekolah di Victoria,” ujar Dubes Siswo saat membuka acara “2023 VILTA Annual Conference” yang berlangsung di Melbourne pada Jumat (28/4).

Konferensi VILTA 2023 yang mengangkat tema “Menggalakkan Program Bahasa Indonesia” ini menghadirkan pembicara kunci Professor Julian Millie dari Monash University. Dubes Siswo menyatakan bahwa tema konferensi VILTA 2023 sangat relevan dengan situasi saat ini di Australia. “Program bahasa Indonesia perlu digalakkan di Australia dan para guru bahasa Indonesia bisa menjadi ujung tombak untuk hal itu,” ucapnya.

Dubes Siswo juga berpendapat bahwa saat ini adalah momen yang tepat untuk menggalakkan bahasa Indonesia, mengingat pemerintah Australia tengah kembali mempromosikan Asia Literacy untuk siswa-siswa Australia.

“Dalam abad Asia, Indonesia merupakan salah satu negara penting yang perlu dipelajari oleh masyarakat Australia. Indonesia telah menjelma menjadi satu kekuatan ekonomi dunia, terlebih pasca suksesnya pelaksanaan pertemuan G20 di Bali. Hubungan bisnis Australia dan Indonesia juga semakin prospektif. Dalam hal ini, saling pengertian antara Indonesia dan Australia, antara lain melalui penggalakkan bahasa dan studi Indonesia di Australia, tidak hanya akan menjamin peluang bisnis yang berkelanjutan tetapi juga hubungan bilateral yang stabil dan perdamaian jangka panjang di antara kedua Negara,” jelas Dubes Siswo.

Dalam kesempatan yang sama, Presiden VILTA, Silvy Wantania mengungkapkan pengiriman guru bantu sebenarnya telah berlangsung sejak 2021, namun karena adanya pandemi Covid-19 maka hal tersebut dilakukan secara daring. “Tahun 2023 ini, kita akan mulai pengiriman guru bantu secara luring,” ungkapnya.

Acara konferensi tahunan VILTA 2023 ini berisi penyampaian materi, lokakarya, serta sesi berbagai praktik baik sesama guru. Turut hadir pada acara konferensi sebanyak 120 guru-guru bahasa Indonesia di wilayah Victoria.

Mengenai pengiriman guru bantu di Australia, Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) RI di Canberra, Mukhamad Najib, menyatakan bahwa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Badan Pengembangan dan Perlindungan Bahasa juga telah mengirimkan guru bantu setiap tahunnya.

“Guru bantu dari Badan Bahasa telah dikirim ke Darwin, Melbourne dan Flinders baik secara daring maupun luring. Namun begitu memang jumlahnya belum cukup, masih banyak sekolah di Australia yang membutuhkan guru bantu. Oleh karena itu inisiatif VILTA sangat kita dukung,” jelas Najib.

Sementara itu, Professor Julian Millie dalam materinya menyampaikan pentingnya memperbaharui gambaran tentang budaya Indonesia dalam rangka menggalakkan bahasa Indonesia di Australia. Menurutnya, saat ini masyarakat Australia masih mengenali budaya Indonesia sebagai budaya tradisional.

“Untuk kalangan anak muda hal tersebut sudah tidak menarik. Anak-anak muda Australia lebih tertarik pada budaya modern. Oleh karena itu, Indonesia harus bisa lebih mempromosikan budaya Indonesia modern kepada siswa-siswa Australia. Jika siswa tertarik dengan budaya Indonesia modern, maka mereka pun akan tertarik belajar bahasa Indonesia,” tutur Prof. Julian.

Meski perkembangan bahasa Indonesia tidak sepesat bahasa Korea belakangan ini, lanjut Julian, ada yang menarik jika keduanya dibandingkan. Menurut Julian, pemelajar bahasa Indonesia lebih stabil dari awal sampai akhir. Misalnya pada tahun pertama ada 40 siswa yang mengambil bahasa Indonesia, para siswa ini akan terus belajar sampai selesai, sehingga ditahun ketiga jumlah siswa yang lulus masih 40.

Sementara yang terjadi pada bahasa Korea berbeda, dimana pada tahun pertama yang daftar ratusan, tapi diakhir tahun ketiga yang selesai hanya sekitar 40an juga. “Hal ini mungkin dikarenakan siswa belajar bahasa Korea akibat pengaruh gelombang budaya Korea,” ucapnya.

Dalam acara konferensi yang berlangsung di Amara Hotel Riverwalk Melbourne ini berlangsung semarak. Selain berisi seminar, diskusi dan lokakarya yang serius, para peserta juga disuguhkan hiburan berupa tarian Enggang dari Kalimantan, makanan khas Indonesia, serta mini bazar produk-produk Indonesia. Dan yang tak kalah menyenangkan bagi guru adalah mereka mendapatkan banyak doorprize serta souvenir Indonesia.

Tinggalkan Balasan